Visitor

Flag Counter

Rabu, 21 November 2012

JERAMI SEBAGAI PENGAWET ALAMI





 JERAMI SEBAGAI PENGAWET ALAMI



Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahan pengawet kimia, pada kenyataannya secara langsung maupun tidak langsung bahan kimia tersebut membahayakan tubuh manusia. Penggunaan pengawet kimia dapat kita jumpai pada berbagai jenis makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya dari bahan pengawet kimia itu sendiri adalah formalin yang memiliki dampak negatif bagi tubuh manusia. Secara tidak langsung pengawet kimia ini berdampak negatif pada kesehatan manusia dalam jangka panjang. Beberapa dampak negatifnya adalah bersifat  karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif.
Salah satu masalah penyalah gunaan formalin dapat kita jumpai pada bakso, tahu, mie, dll. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menemukan adanya bahan berbahaya pada formalin, jika dikonsumsi manusia akan merusak saraf-saraf pusat.
Selain itu pengawet kimia tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pengawet alami. Masalah ini tentu saja sangat diperhatikan oleh produsen, mengingat daya beli masyarakat Indonesia yang masih cukup rendah.
Salah satu alternatif dari penelitian ini yaitu menggunakan pengawet alami dari jerami (limbah padi). Selain itu, dengan  penggunaan jerami (limbah padi ) tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam memperolehnya. Karena jerami mudah diperoleh dimasyarakat pedesaan. Jerami atau limbah padi dapat dimanfaatkan sebagai pengawet karena mengandung kalium natrium, zat anti mikroba, mencegah agar tidak busuk.
 

1.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap mie basah.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
A1
48
A2
48
A3
46
Kontrol
24

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada variasi A1 dan A2  mie basah memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi A3. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi A1-A3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 24 jam.

2.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap tahu.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
B1
44
B2
44
B3
46
Kontrol
12

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada variasi B3  tahu memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi B1 dan B2. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi B1-B3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 12 jam.

3.      Percobaan pengawetan jerami (limbah padi) terhadap dawet.
Tabel 4.3 Hasil pengamatan tingkat ketahanan makanan setelah perlakuan.
Variasi
Tingkat Ketahanan Makanan (Jam)
C1
48
C2
46
C3
48
Kontrol
24

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada variasi C1 dan C3  dawet memiliki ketahanan paling tinggi. Kemudian diikuti variasi C2. Sebagaimana diterangkan dalam rancangan penelitian, dari variasi C1-C3 diawetkan. Sedangkan pada variasi kontrol tidak diawetkan dan hanya dapat bertahan 12  jam.

B. PEMBAHASAN
1. Jerami (batang padi) dapat digunakan sebagai alternatif pengawet alami  
   makanan.
Penentuan tingkat ketahanan makanan dalam pembusukan yaitu dilakukan dengan mengamati ciri-ciri fisik makanan (rasa, bau, warna) dan membandingkannya dengan kontrol, serta mengamati waktu hingga makanan tersebut mengalami pembusukan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa makanan tersebut benar-benar telah basi, yang ditandai dengan perubahan bau, warna, rasa.
Pada tabel 4.1sampai 4.3 makanan yang diawetkan mampu bertahan hingga kurang lebih 46 jam pada semua variasi. Hal ini membuktikan bahwa jerami dapat di gunakan sebagai alternatif pengawet makanan alami.
Kemampuan jerami dalam mengawetkan makanan ditengarai karena mengandung beberapa beberapa zat yaitu kalium natrium, zat anti mikroba, mencegah agar tidak busuk.
2. Prosedur pemanfaatan jerami (batang padi) sebagai pengawet alami.
Dalam mengawetkan makanan menggunakan jerami (batang padi) pertama dilakukan dengan pertama mencari jerami sebagai bahan dasar utama pembuatan pengawet, kemudian jerami tersebut dibakar hingga menjadi abu .Hal ini agar terjadi proses karbonisasi yang mengaktifkan zat karbon. Sehingga karbon dapat mengikat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Kemudian abu ditimbang dan dicampurkan dengan air lalu diendapkan selama 12 jam hingga abu dan airnya terpisah. Setelah diendapkan air endapan tersebut diambil 3 sendok makan. Untuk setiap 3 sendok makan dapat dicampur dengan air sebanyak 1 liter. Pencampuran air ini bermaksud ntuk menetralkan warna air tersebut dan bertujuan untuk melarutkan karbon tersebut kedalam air sehingga zat karbon merata serta menghemat penggunaan air endapan.  Setelah didapat percampuran air tersebut digunakan sebagai media perendaman makanan yang akan diawetkan.

3. Efektifitas jerami dalam mengawetkan makanan secara alami, aman dan
    ramah lingkungan.
Makanan yang diawetkan dengan jerami dapat bertahan lebih lama dari pada makanan yang tidak diberi pengawet jerami. Dalam penelitian ini didapat, makanan yang diawetkan dengan jerami tingkat ketahanannya rata-rata menjadi 4 kali lipat dari makanan yang tidak diberi penambahan pengawet. Hal tersebut membuktikan bahwa jerami efektif untuk mengawetkan makanan secara alami, aman dan ramah lingkungan. Jadi pengawet dari jerami lebih efektif dari pada pengawet kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.

4 komentar:

mau nanya... referensinya dari buku apa ya?? :)

itu hasil dari penelitian kami

sebelum ada formalin, borak dll. untuk mengawetkan makanan memang menggunakan jerami padi. semakin kesini kebiasaan itu ditinggalkan, karena ada yg lebih praktis dan murah (formalin dan borak).

Posting Komentar

 
Design by SCI-Web
Powered by SCI-Web .